Aku baru saja membaca tulisan tentang penjajahan ideologi dan budaya tulisan mbak Nana Podungge diblognya "serba-serbi kehidupan". Topik yang teramat berat, terelebih bagi aku sendiri yang tidak banyak tahu soal carut marut ideologi dan budaya. Namun mungkin bagi mbak Nana fenomena ini adalah nyata dan benar-benar berkontemplasi dengan kehidupan kita. Tentu saja, kita yang aku maksudkan adalah warga negara Indonesia yang hidup sebagai bagian dari peradaban umat manusia dalam posisinya hidup bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan sebagainya. Sebagai orang awam, aku bukanlah ideolog ataupun ahli filsafat apalagi politikus yang sanggup secara detail menjelaskan dan meraba fenomena ini dari pendekatan tertentu. Tapi tidak ada salahnya kan kalau aku juga berkomentar tentang hal ini??
Benar-benar menyentuh. Tulisan itu benar-benar membuat aku sadar dan cepat-cepat mengintropeksi diri dalam alur kehidupan yang berjalan begitu cepat hingga aku kewalahan mengejarnya. Begitu cepatnya (melebihi kecepatan cahaya kali ya...) sampe-sampe aku harus bersabar dan mencoba berdamai dengan keadaan. Aku teringat dengan ceramah yang pernah dibawakan oleh seorang mantan biarawati Irene Handono yang secara gamblang menjelaskan tentang pertentangan Ideologi yang dibahas dari sudut pandang agama (sampai disini aku tidak mau menyinggung soal SARA). Beliau menjelaskan bahwa ada sebuah pendapat yang dikemukakan oleh Anthony Giddens (kalau tidak salah; aku rada lupa). Bahwasannya invasi modern yang sedang diperankan bangsa Amerika dan kroni-kroninya mencakup 3 hal. Ini diistilahkan dengan 3F yaitu Food, Fashion, and Fun. Inilah tiga kata kunci yang mendefinisikan bentuk penjajahan bangsa barat.
Aku rasa, tidak perlu diuraikan seperti apa contoh-contoh dari ketiga definisi tersebut. Kita sudah cukup membayangkan sekaligus membandingkan antara KFC dan gado-gado misalnya, kebaya dan blue jeanz, pagelaran ketoprak dan super movie Spiderman serta masih banyak lagi.
Kalau masih terasa berat juga, mari kita memperhatikan diri kita sendiri masing-masing. Berapa banyak benda, atau katakanlah gaya hidup yang harus kita korbankan dan melawan idealisme kita masing-masing demi sebutan modern, fungky, canggih, atau apalah. Bukankah sebagian besar (kalau tidak mau dikatakan semua) adalah produk luar yang kadang-kadang (tidak semuanya) berseberangan dengan adat ketimuran kita??
Dari sini, aku mencoba menarik benang merahnya. Bahwa yang membuat aku, anda dan mungkin kita semua yang sadar ataupun tidak telah dijajah lewat pintu budaya adalah karena segala produk apakah itu berupa barang, gaya hidup, dan sebagainya itu semuanya dikemas dan dibungkus dalam sebuah kata "modern" dan sangat menarik perhatian. Belum lagi tindakan sebagian orang yang mencoba merampas makna modern itu secara sepihak dan tidak memberikan ruang bagi pihak lain. Sekarang tinggallah kita yang menilai dan menimbang. Masihkah idealisme dan adat ketimuran kita simpan dan pertahankan ataukah lupakan saja idealisme dan bergabung dengan dunia global, tanpa batas dan sekat. Seperti judul diatas "Wellcome To Globalization.."
Do you??
Benar-benar menyentuh. Tulisan itu benar-benar membuat aku sadar dan cepat-cepat mengintropeksi diri dalam alur kehidupan yang berjalan begitu cepat hingga aku kewalahan mengejarnya. Begitu cepatnya (melebihi kecepatan cahaya kali ya...) sampe-sampe aku harus bersabar dan mencoba berdamai dengan keadaan. Aku teringat dengan ceramah yang pernah dibawakan oleh seorang mantan biarawati Irene Handono yang secara gamblang menjelaskan tentang pertentangan Ideologi yang dibahas dari sudut pandang agama (sampai disini aku tidak mau menyinggung soal SARA). Beliau menjelaskan bahwa ada sebuah pendapat yang dikemukakan oleh Anthony Giddens (kalau tidak salah; aku rada lupa). Bahwasannya invasi modern yang sedang diperankan bangsa Amerika dan kroni-kroninya mencakup 3 hal. Ini diistilahkan dengan 3F yaitu Food, Fashion, and Fun. Inilah tiga kata kunci yang mendefinisikan bentuk penjajahan bangsa barat.
Aku rasa, tidak perlu diuraikan seperti apa contoh-contoh dari ketiga definisi tersebut. Kita sudah cukup membayangkan sekaligus membandingkan antara KFC dan gado-gado misalnya, kebaya dan blue jeanz, pagelaran ketoprak dan super movie Spiderman serta masih banyak lagi.
Kalau masih terasa berat juga, mari kita memperhatikan diri kita sendiri masing-masing. Berapa banyak benda, atau katakanlah gaya hidup yang harus kita korbankan dan melawan idealisme kita masing-masing demi sebutan modern, fungky, canggih, atau apalah. Bukankah sebagian besar (kalau tidak mau dikatakan semua) adalah produk luar yang kadang-kadang (tidak semuanya) berseberangan dengan adat ketimuran kita??
Dari sini, aku mencoba menarik benang merahnya. Bahwa yang membuat aku, anda dan mungkin kita semua yang sadar ataupun tidak telah dijajah lewat pintu budaya adalah karena segala produk apakah itu berupa barang, gaya hidup, dan sebagainya itu semuanya dikemas dan dibungkus dalam sebuah kata "modern" dan sangat menarik perhatian. Belum lagi tindakan sebagian orang yang mencoba merampas makna modern itu secara sepihak dan tidak memberikan ruang bagi pihak lain. Sekarang tinggallah kita yang menilai dan menimbang. Masihkah idealisme dan adat ketimuran kita simpan dan pertahankan ataukah lupakan saja idealisme dan bergabung dengan dunia global, tanpa batas dan sekat. Seperti judul diatas "Wellcome To Globalization.."
Do you??
I am of opinion that I am always in between ...
ReplyDeleteAnyway,love to read this comment of yours for my post. :)
Salam kenal Amal. :)